PENDAHULUAN
Jerawat merupakan penyakit kulit yang dikenal dengan acne vulgari. Banyak faktor yang dapat menyebabkan munculnya jerawat salah satunya adalah bakteri Propionibacterium acnes. Penyerbaran bakteri Propionibacterium acnes dan peradangan klonik folikel sebasea dengan gambaran klinis berupa komeda, papul, pustula, nodus, kista pada tempat redileksinya (muka, bahu, leger, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas). (Poomane, 2018)
Faktor lain penyebab terjadinya jerawat selain peningkatan produksi sebum adalah peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi. Pengobatan jerawat yang masih sering digunakan salah satunya adalah antibiotik. Namun antibiotik memiliki efek samping dan reaksi toksik dalam penggunaannya, antara lain iritasi, reaksi alergi dan penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan resistensi serta hipersensitivitas. (Fifendy, 2017). Trend back to nature salah satunya menggunakan tanaman tradisional sebagai bahan pengobatan, akhir-akhir ini banyak dipilih oleh masyarakat, karena adanya keyakinan terhadap minimnya efek samping yang ditimbulkan (Riferty, 2019).
Propionibacterium acnes membentuk
koloni terutama di kelenjar minyak dan folikel rambut kulit manusia. Sifat pertumbuhan P.acnes
secara anaerob. PH yang cocok untuk pertumbuhan bakteri ini berkisar antara
6,0 – 7,0. Suhu optimal untuk pertumbuhan antara 300C
– 370C. Propionibacterium acnes merupakan flora normal
yang ada di beberapa bagian tubuh manusia. Bakteri ini sudah ada sejak bayi
dengan jumlah sedikit dan bertambah banyak saat memasuki usia pubertas
berkaitan dengan meningkatnya produksi sebum pada folikel sebasea. Kulit
merupakan habitat utama dari P.acnes, namun juga dapat ditemukan di
rongga mulut, usus besar, konjungtiva dan saluran telinga luar (Waluyo, 2019). Bakteri
Propionibacterium acnes dapat tumbuh dengan baik di musim dingin dan
kurang tahan pada musim panas. Sinar ultraviolet mampu membunuh bakteri ini
pada permukaan kulit dan mampu menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas
dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian bawah glandula
sebasea (Rifery, 2019).
METODE
Penelitian ini merupakan
penelitian yang termasuk dalam studi kepustakaan. Data yang telah didapatkan,
kemudian dikumpulkan, dikompilasi, ditelaah, dianalisa, dan disimpulkan. Jurnal
ini menggunakan metode penelitian analisis referensi yang tersedia baik dari
teori, buku hingga penelitian sebelumnya.
Penelitian ini mengkaji ruang
lingkup penelitian kreativitas ilmiah secara sistematis. Kajian sistematis
dilakukan dengan menggunakan prosedur modifikasi yang di adopsi dari beberapa
pilihan jurnal. Pemilihan tema mikroba Propionibacterium acnes dikarenakan
mikroba ini adalah mikroba penyebab penyakit yang cukup umum dan hangat
dibicarakan bagi para remaja. Prosedur ini terdiri dari 4 langkah yaitu:
Identifikasi, Penyaringan, kelayakan dan dimasukkan/digunakan. Pada tahap
identifikasi, pencarian artikel dilakukan dengan menuliskan kata kunci ilmiah
“Propionibacterium” pada Google Schollar. Pencarian dilakukan untuk publikasi
pada periode 2017-2021. Pada tahap penyaringan kelayakan, semua jurnal yang
telah diidentifikasi berdasarkan judul abstrak, kata kunci, dan relevansi topik
yang dibahas. Tahapan selanjutnya yaitu semua jurnal yang telah memenuhi syarat
dipelajari dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
Bakteri Propionibacterium acnes
Propionibacterium
acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria
Bakteri ini termasuk flora normal kulit Propionibacterium acnes berperan
pada pathogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak
bebas dari lipid kulit Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan
ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne Propionibacterium
acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat Bakteri ini tipikal
bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara Genome dari bakteri
ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat
menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (Mustarichie, 2020).
Propionibacterium acnes adalah bakteri berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram positif Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang atau filamen dengan bentuk kokoid Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman Propionibacterium Acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau juga disebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan dan reproduksi yang relatif lambat. Klasidikasi Propionibacterium acnes sendiri adalah Kingdom Bacteria, Phylum Actinobacteria, Class Actinobacteridae, Ordo Actinomycetales, Family Propionibacteriaceae, Genus Propionibacterium, Spesies Propionibacterium acnes (Poomane, 2018)..
Ekstrak
Air Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) Kulit bawang merah merupakan bagian dari umbi bawang merah yang tidak termanfaatkan dan berdasarkan dari hasil penelitian Manullang hasil uji skrining fitokimia menyatakan bahwa serbuk kulit bawang merah mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Pada kulit bawang merah juga terdapat Senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa kuersetin dan rutin. Senyawa tersebut sebagian terdapat pada bagian kulit bawang merah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Sa’adah dkk (2020), Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air kulit
bawang merah dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% serta klindamisin 1%
sebagai control positif dan DMSO 1% v/v sebagai kontrol negatif terhadap
Propionibacterium acnes dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
pada semua perlakuan ekstrak air kulit bawang merah didapatkan hasil zona
hambat yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi mempengaruhi besar kecilnya
zona hambat. Penghambatan pertumbuhan bakteri disebabkan oleh senyawa kimia
yang terkandung pada ekstrak air kulit bawang merah, pada penelitian ini
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin besar pula zona hambat yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori, semakin tinggi konsentrasi suatu zat
antibakteri, maka semakin tinggi daya antibakterinya.
Ekstrak Dan Fraksi Biji
Pare (Momordica charantia L.) Selain buah dan daun, bagian lain dari tanaman pare yang masih bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah biji pare. Ekstrak biji pare dapat mengobati penyakit kulit. Hal ini telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian sebelumnya, yaitu adanya kandungan metabolitsekunder seperti alkaloid, saponin dan onoterpen/sesquiterpene. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Riferty dkk (2019), Hasil pengujian
aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak biji pare memiliki potensi
aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes. Hal ini dibuktikan
dengan adanya zona hambat bening disekitar sumur pada setiap ekstrak dengan
konsentrasi 40%, 50% dan 60%. Ekstrak biji pare memiliki aktivitas antibakteri
dengan nilai KHM pada konsentrasi 30%. Aktivitas 1 mg ekstrak etanol biji pare
ini setara dengan 0,80 μg klindamisin. Fraksi etil asetat biji pare memiliki
diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan fraksi n-heksana dan fraksi
metanol.
Ekstrak
Etanol Daun Murbei (Morus alba) Jerawat dapat diobati dengan suatu obat antibakteri. Salah satu tanaman yang terbukti memiliki daya antibakteri adalah daun murbei (Morus alba L.). Senyawa dalam daun murbei (Morus alba L.) umumnya berupa alkaloid, polifenol dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integrasi membrane sel bakteri. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Irsyad Aliah dkk (2019), Konsentrasi formula
gel ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) 2%, 4%, dan 6% memiliki adanya
daya hambat, sehingga dapat dikatakan dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium
acne. Hasil pengamatan uji daya hambat antibakteri sediaan gel ekstrak
etanol daun murbei (Morus alba L.) menunjukan
pengukuran rata-rata diameter hambatan disekitar paper disk gel ekstra etanol
daun murbei (Morus alba L.) pada masa inkubasi 24 jam. Formulasi dengan
kosentrasi 6% dengan diameter zona hambat 21,7 mm menunjukan zona hambat kuat, selanjutnya
formulasi dengan kosentrasi 4% dengan diameter zona hambat 20,3 mm, dan
formulasi dengan kosentrasi 2% dengan zona hambat lemah 15,7 mm. Hal ini
menunjukan bahwa senyawa aktif ekstrak daun murbei (Morus alba L.)
efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Diketahui
daun murbei memiliki kandungan senyawa yang bersifat sebagai antibakteri yaitu
flavanoid, alkaloid, dan saponin. Hal ini yang menyebabkan bakteri Propionibakterium
acne rentan terhadap bahan antimikrobial yaitu ekstrak daun murbei yang
mengandung senyawa sebagai antibakteri.
Ekstrak dan Fraksi Daun
Singkong (Manihot
esculenta Crantz) Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah yang telah dilakukan, daun singkong diketahui memiliki kandungan kimiawi diantaranya karbohidrat, kalsium, fosfor, lemak, protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, air, zat, zat besi, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Senyawa flavonoid dan saponin diketahui memiliki aktivitas antimikroba dan antivirus. Triterpenoid juga diketahui memiliki aktivitas antivirus dan antibakteri serta dapat mengobati kerusakan pada kulit (Musachirie, 2020). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Mustarichie dkk (2020), bahwa
etanol Ekstrak daun singkong (M. esculenta Crantz) memiliki antibakteri
aktivitas terhadap isolat klinis Propionibacterium acnes. Fraksi paling
aktif dari etanol Ekstrak daun singkong ditunjukkan dengan etil asetat pecahan.
Nilai MIC dari fraksi etil asetat terhadap isolat klinis P. acnes berada pada konsentrasi 2,5% (b /
v). Hasil ini menyarankan agar daun singkong memungkinkan
untuk dikembangkan menjadi herbal
anti jerawat standar.
Ekstrak
Biji Mangga (Mangifera indica L.) Biji mangga memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi, menunjukkan adanya efektivitas biji mangga sebagai bakterisida. Selain itu, Soong dan Barlow, (2004) dalam Fifendy (2017) melaporkan bahwa biji mangga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawa fenolik yang tinggi. Biji mangga juga memiliki kandungan fitokimia yang tinggi, berupa tannin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Poomane dkk (2018), Ekstrak etanol biji manga dengan konsentrasi 60%, 40% dan 20% memiliki efektivitas dalam menghambat bakteri Propionibacterium acnes dengan rata-rata zona bening yang dihasilkan dari ketiga konsentrasi tersebut berada dalam kisaran 10-20mm yang menunjukkan kuatnya daya hambat yang ditimbulkan. Konsentrasi 60% Ekstrak etanol biji mangga menghasilkan diameter zona bening yang lebih lebar hingga mencapai rata-rata 13,67 mm yang berarti konsentrasi 60%. Ekstrak etanol biji mangga ini memiliki efektivits antibakteri terhadap Propionibacterium acnes yang lebih kuat dibanding Ekstrak etanol biji mangga dengan konsentrasi 40% dan 20%. SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara studi
literatur dari beberapa jurnal dapat disimpulkan beberapa ekstrak kandungan
alami dapat digunakan sebagai antibakteri untuk melawan bakteri Propionibacterium
acnes penyebab jerawat. Terdapat ekstrak kandungan bahan alami yaitu
Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.), Ekstrak Dan Fraksi Biji
Pare (Momordica charantia L.), Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba),
Ekstrak dan Fraksi Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz), dan Ekstrak
Biji Mangga (Mangifera indica L.). Dari beberapa
kandungan alami tersebut semuanya memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes
berdasarkan daya hambat bakteri. Namun, bahan alami yang paling efektif adalah
ekstrak etanol daun murbei (Morus alba), karena memiliki daya hambat
bakteri Propionibacterium acnes yang kuat (>20mm). Sedangkan
bahan alami yang lain memiliki daya hambat yang sedang cenderung lemah. Tetapi
dengan adanya aktivitas daya hambat bakteri menunjukkan bahan-bahan alami yang
telah disebutkan dapat digunakan sebagai antibakteri Propionibacterium acnes
penyebab jerawat. REFERENSI Aliah, Ahmad I., dkk. Uji Daya Hambat Formula Gel Ekstrak
Etanol Daun Murbei (Morus Alba L.) Sebagai Anti Acne Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acne. Jurnal Farmasi Galenika. Vol. 5 No. 2 Fifendy, M. 2017. Mikrobiologi. Depok : Kencana. Mustarichie, R., Sulistyaningsih, S., & Runadi, D. 2020.
Antibacterial Activity Test of Extracts and Fractions of Cassava Leaves
(Manihot esculenta Crantz) against Clinical Isolates of Staphylococcus
epidermidis and Propionibacterium acnes Causing Acne. International
Journal Of Microbiology. Vol. 1 No. 1 Poomanee, W., Chaiyana, W., Mueller, M., Viernstein, H.,
Khunkitti, W., dan Leelapornpisid, P. 2018. In-vitro investigation
of anti-acne properties of Mangifera indica L. kernel extract and its mechanism
of action against Propionibacterium acnes. Anaerobe. 52(1) Riferty, Feresta. 2018. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi Biji Pare (Momordica Charantia L.) Terhadap
Bakteri Propionibacterium Acnes. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa. Vol. 1 No. 2 Rohan, H., dkk. 2017. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta:
Deepublish. Sa`adah, Hayatus, dkk. 2020.
Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium Acnes. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia.
Vol 2 No. 2
Waluyo,
L. 2019. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press. |
0 Comments:
Posting Komentar