Laboratorium Virtual : Uji Kandungan Garam Empedu pada Urine

   Judul Praktikum : Uji Kandungan Garam Empedu pada Urine



 
Tujuan Praktikum :
Untuk mendeteksi keberadaan garam empedu dalam urin.

Dasar Teori :
Urin adalah cairan yang diproduksi oleh ginjal untuk membuang produk limbah dari aliran darah. Urin manusia berwarna kuning dan mengandung berbagai komponen kimia. Ini terutama terdiri dari air, zat organik seperti urea, asam urat, sejumlah kecil enzim, karbohidrat dan hormon. Penanganan urea oleh ginjal merupakan bagian penting dari metabolisme mamalia.

Empedu adalah cairan kuning kehijauan yang mengandung air dan molekul organik seperti kolesterol, asam empedu, dan bilirubin. Pada manusia, dua fungsi utama empedu adalah pencernaan dan penyerapan lemak serta membuang garam empedu dari tubuh melalui sekresi ke dalam empedu. Manusia dewasa menghasilkan sekitar 400 hingga 800 ml empedu setiap hari.

Pada manusia dan sebagian besar vertebrata, empedu diproduksi oleh hati. Kantung empedu menahan empedu yang diproduksi di hati dan ketika organisme makan, empedu dibuang ke duodenum. Pembentukan garam empedu dimulai dengan pemecahan sel darah merah. Sel darah merah tua menjadi lebih rapuh dan mungkin rusak saat melewati pembuluh darah kecil. Sel darah merah tua dan rusak ini pecah saat melewati limpa atau hati. Makrofag memecah hemoglobin dalam sel darah merah dan menghilangkan zat besi dari komponen heme. Bagian heme yang bebas besi diubah menjadi biliverdin, pigmen hijau, dan kemudian menjadi bilirubin, pigmen kuning jingga. Di hati, bilirubin diekskresikan dalam empedu sebagai pigmen empedu, yang masuk ke usus kecil dan kemudian masuk ke usus besar. Bilirubin terdeteksi dalam urin hanya dalam kondisi patologis tertentu. Bilirubin tidak ditemukan dalam urin. Itu hadir dalam urin selama penyakit kuning atau karena kerusakan hati. 



Metodologi  :
1. Tes Smith

Prosedur:
- Ambil 1 ml reagen Smith dalam gelas ukur dari botol reagen.
- Tuang reagen Smith dari silinder pengukur ke dalam tabung reaksi.
- Menggunakan pipet, ambil urin dari botol sampel urin.
- Miringkan tabung reaksi dan tuangkan urin di sepanjang sisi tabung reaksi.
- Cincin hijau terbentuk di persimpangan dua lapisan yang menunjukkan adanya garam empedu dalam urin.

2. Tes Pettenkofer

Prosedur :
- Ambil 2 ml urin dalam gelas ukur dari botol sampel urin.
- Tuang urin dari gelas ukur ke dalam tabung reaksi..
- Ambil beberapa sukrosa menggunakan spatula.
- Masukkan sukrosa ke dalam tabung reaksi yang berisi urin.
- Ambil 2 ml H 2 SO 4 dalam gelas ukur dari botol reagen.
- Miringkan tabung reaksi dan tuangkan H 2 SO 4 sepanjang sisi tabung reaksi.
- Munculnya warna merah menunjukkan adanya garam empedu dalam urin.

Prosedur Simulator (seperti yang dilakukan melalui Lab Online)
Anda dapat memilih jenis tes dari daftar drop-down 'Pilih jenis tes'.

Tes Smith
- Seret penetes yang berisi sampel urin ke arah tabung reaksi untuk menuangkan sampel secara perlahan di sepanjang sisi tabung.
- Klik pada ikon informasi untuk melihat kesimpulan.
- Anda dapat mengulang percobaan dengan mengklik tombol 'Reset'.
Tes Pettenkofer
- Seret spatula yang berisi sukrosa ke arah tabung reaksi untuk memasukkan sukrosa ke dalamnya.
- Seret dropper yang berisi Conc. H2SO4 menuju tabung reaksi untuk menuangkan sampel ke dalamnya.
- Klik pada ikon informasi untuk melihat kesimpulan.
- Anda dapat mengulang percobaan dengan mengklik tombol 'Reset'.

Supaya dapat memahami lebih jelas, silahkan tonton video animasi berikut!


Setelah memahami prosedur kerja, silahkan lakukan praktikum secara mandiri disini.

Setelah melaksanakan praktikum mandiri, silahkan melihat video penjelasan tentang materi terkait disini.

Setelah melihat dan memahami video penjelasan, silahkan mengerjakan tugas dan laporan praktikum yang ada pada LMS.

Terima kasih dan sampai jumpa!

Laboratorium Virtual : Uji Kandungan Gula pada Urine

  Judul Praktikum : Uji Kandungan Gula pada Urine



 
Tujuan Praktikum :
Untuk mendeteksi keberadaan gula dalam sampel urin yang diberikan.

Dasar Teori :
Urin adalah cairan yang diproduksi oleh ginjal untuk membuang produk limbah dari aliran darah. Urin manusia berwarna kuning dan mengandung berbagai komponen kimia. Ini terutama terdiri dari air, zat organik seperti urea, asam urat, sejumlah kecil enzim, karbohidrat dan hormon. Penanganan urea oleh ginjal merupakan bagian penting dari metabolisme mamalia.

Urine yang normal biasanya berwarna kuning muda, karena adanya pigmen kuning yang disebut Urochrome. Rata-rata produksi urin pada manusia dewasa adalah 2 liter per hari, tergantung pada berbagai kondisi. PH urin bervariasi antara 4,6-8 dan berat jenis urin bervariasi antara 1,010-1,40.

Sebenarnya, urin normal adalah larutan berair yang sangat kompleks dari zat organik dan anorganik. Urin terdiri dari sekitar 95-96% air. Zat organik nitrogen terpenting yang terdapat dalam urin adalah urea, asam urat, dan kreatin. Zat organik lainnya adalah asam oksalat dan asam laktat. Konstituen anorganik utama urin adalah natrium klorida, kalium klorida, sulfat dan fosfat.

Konstituen urin yang abnormal adalah gula (glukosa), badan keton, darah, protein dan empedu. Biasanya, glukosa (gula) tidak ada dalam urin normal. Tetapi ketika kadar glukosa dalam darah melebihi ambang glukosa ginjal (160 – 180 mg/dl), glukosa mulai muncul dalam urin. Adanya glukosa dalam urin disebut glukosuria dan biasanya merupakan indikasi diabetes melitus.

Metodologi  :
1. Tes Benediktus
Bahan yang dibutuhkan:
Tabung reaksi, tempat tabung reaksi, sampel urin, tabung ukur, larutan Benedict dan pembakar.

Prosedur:
- Ambil 2 ml sampel urin dalam gelas ukur dari botol sampel urin.
- Ambil tabung reaksi dan tuangkan sampel urin ke dalamnya.
- Ambil 5 ml reagen Benedict dalam gelas ukur.
- Tambahkan pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel urin.
- Dengan menggunakan penahan tabung reaksi, pegang tabung reaksi dengan kuat dan panaskan selama 2 menit di atas kompor.
- Terus kocok tabung reaksi sambil dipanaskan.
- Muncul endapan kuning yang menandakan adanya gula dalam urin.
- Bergantung pada konsentrasi gula dalam urin, terbentuk endapan hijau, kuning, atau merah bata.

2. Tes Fehling
Bahan yang dibutuhkan :
Tabung reaksi, tempat tabung reaksi, sampel urine, tabung ukur, larutan Fehling A, larutan Fehling B dan pembakar.

Prosedur :
- Ambil 2 ml sampel urin dalam gelas ukur dari botol sampel urin.
- Ambil tabung reaksi dan tuangkan sampel urin ke dalamnya.
- Ambil 2 ml larutan Fehling A dalam gelas ukur.
- Tambahkan larutan Fehling A ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel urin.
- Ambil 2 ml larutan Fehling B dalam gelas ukur.
- Tambahkan larutan Fehling B ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel urin.
- Dengan menggunakan penahan tabung reaksi, pegang tabung reaksi dengan kuat dan panaskan perlahan selama 2 menit di atas kompor.
- Terus kocok tabung reaksi sambil dipanaskan.
- Muncul endapan hijau yang menandakan adanya jejak gula dalam urine.
- Bergantung pada konsentrasi gula dalam urin, terbentuk endapan hijau, kuning atau merah bata.

Prosedur Simulator (seperti yang dilakukan melalui Lab Online)
Anda dapat memilih tes dari daftar drop-down 'Pilih jenis tes'.

Tes Benediktus
- Seret penetes yang berisi reagen Benedict ke arah tabung reaksi untuk menuangkan reagen ke dalamnya.
- Klik pada kenop pembakar untuk menyalakannya.
- Seret tabung reaksi ke arah pembakar untuk memanaskannya.
- Klik pada ikon informasi untuk melihat kesimpulan.
- Anda dapat mengulang percobaan dengan mengklik tombol 'Reset'.

Tes Fehling
- Seret penetes yang berisi reagen Fehling A ke arah tabung reaksi untuk menuangkan reagen ke dalamnya.
- Seret penetes yang berisi reagen Fehling B ke arah tabung reaksi untuk menuangkan reagen ke dalamnya.
- Klik pada kenop pembakar untuk menyalakannya.
- Seret tabung reaksi ke arah pembakar untuk memanaskannya.
- Klik pada ikon informasi untuk melihat kesimpulan.
- Anda dapat mengulang percobaan dengan mengklik tombol 'Reset'.

Supaya dapat memahami lebih jelas, silahkan tonton video animasi berikut!


Setelah memahami prosedur kerja, silahkan lakukan praktikum secara mandiri disini.

Setelah melaksanakan praktikum mandiri, silahkan melihat video penjelasan tentang materi terkait disini.

Setelah melihat dan memahami video penjelasan, silahkan mengerjakan tugas dan laporan praktikum yang ada pada LMS.

Terima kasih dan sampai jumpa!

Laboratorium Virtual : Uji Kandungan Urea pada Urine

 Judul Praktikum : Uji Kandungan Urea pada Urine



 
Tujuan Praktikum :
Untuk mendeteksi adanya urea dalam sampel urin yang diberikan.

Dasar Teori :
Urin adalah cairan yang diproduksi oleh ginjal untuk membuang produk limbah dari aliran darah. Urin manusia berwarna kuning dan mengandung berbagai komponen kimia. Ini terutama terdiri dari air, zat organik seperti urea, asam urat, sejumlah kecil enzim, karbohidrat dan hormon. Penanganan urea oleh ginjal merupakan bagian penting dari metabolisme mamalia.

Orang dewasa yang sehat biasanya mengeluarkan sekitar 15g nitrogen per hari. Di antaranya, sekitar 95% dari nitrogen ini diekskresikan sebagai urea melalui urin. Jika hati tidak sehat, mungkin tidak efisien memecah protein. Demikian pula, jika ginjal tidak sehat, ginjal mungkin tidak dapat menyaring urea dengan baik. Salah satu dari masalah ini menyebabkan perubahan jumlah nitrogen urea dalam tubuh kita. Jika urin tetap terpapar ke atmosfer, ia akan terurai dan amonia dilepaskan karena aktivitas bakteri. Karena proses ini urin yang disimpan menjadi basa.
Umumnya tes urease digunakan untuk mendeteksi keberadaan urea dalam sampel urin. Enzim urease menguraikan urea menjadi amonia dan karbon dioksida. Saat menambahkan zat basa, amonium karbonat ke dalamnya, mengubah urin yang sedikit asam menjadi larutan basa. Warna indikator fenol merah berubah dari kuning menjadi merah dalam campuran reaksi ini.

Metodologi  :
1. Alat dan Bahan


2. Prosedur Kerja
Tes Natrium hipobromit 
  • Ambil 2 ml sampel urin dalam gelas ukur dari botol sampel urin.
  • Ambil tabung reaksi dan tuangkan sampel urin ke dalam tabung reaksi.
  • Menggunakan penetes, ambil larutan natrium hipobromit.
  • Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hipobromida ke sampel urin.
  • Buih cepat nitrogen muncul di tabung reaksi yang menunjukkan adanya urea dalam urine
Tes Urease 
  • Ambil 5 ml sampel urin dalam gelas ukur dari botol sampel urin.
  • Ambil tabung reaksi dan tuangkan sampel urin ke dalam tabung reaksi.
  • Menggunakan pipet, ambil beberapa indikator fenol merah.
  • Tambahkan 4-5 tetes indikator fenol merah ke dalam tabung reaksi.
  • Gunakan penetes segar untuk mengambil beberapa tetes Na2CO3 2%.
  • Tambahkan larutan Na2CO3 tetes demi tetes hingga terbentuk warna merah muda pada tabung reaksi.
  • Ambil beberapa tetes asam asetat 1% menggunakan penetes segar.
  • Tambahkan asam asetat 1% ke dalam tabung reaksi setetes demi setetes sampai warna merah jambu hilang.
  • Dengan menggunakan spatula, ambil sedikit bubuk urease dari kaca arloji.
  • Tambahkan bubuk urease ke dalam tabung reaksi dan kocok dengan baik.
  • Warna merah muda atau merah yang muncul dalam larutan menunjukkan adanya urea dalam urin.

Supaya dapat memahami lebih jelas, silahkan tonton video animasi petunjuk praktikum kali ini

Setelah memahami prosedur kerja, silahkan lakukan praktikum secara mandiri disini.

Setelah melaksanakan praktikum mandiri, silahkan melihat video penjelasan tentang materi terkait disini.

Setelah melihat dan memahami video penjelasan, silahkan mengerjakan tugas dan laporan praktikum yang ada pada LMS.

Terima kasih dan sampai jumpa!

Ekstrak Kandungan Bahan Alami untuk Melawan Bakteri Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat

 PENDAHULUAN

                    Jerawat merupakan penyakit kulit yang dikenal dengan acne vulgari. Banyak faktor yang dapat menyebabkan munculnya jerawat salah satunya adalah bakteri Propionibacterium acnes. Penyerbaran bakteri Propionibacterium acnes dan peradangan klonik folikel sebasea dengan gambaran klinis berupa komeda, papul, pustula, nodus, kista pada tempat redileksinya (muka, bahu, leger, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas). (Poomane, 2018)

            Faktor lain penyebab terjadinya jerawat selain peningkatan produksi sebum adalah peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi. Pengobatan jerawat yang masih sering digunakan salah satunya adalah antibiotik. Namun antibiotik memiliki efek samping dan reaksi toksik dalam penggunaannya, antara lain iritasi, reaksi alergi dan penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan resistensi serta hipersensitivitas. (Fifendy, 2017). Trend back to nature salah satunya menggunakan tanaman tradisional sebagai bahan pengobatan, akhir-akhir ini banyak dipilih oleh masyarakat, karena adanya keyakinan terhadap minimnya efek samping yang ditimbulkan (Riferty, 2019).

              Propionibacterium acnes membentuk koloni terutama di kelenjar minyak dan folikel rambut kulit manusia. Sifat pertumbuhan P.acnes secara anaerob. PH yang cocok untuk pertumbuhan bakteri ini berkisar antara 6,0 – 7,0. Suhu optimal untuk pertumbuhan antara 300C – 370C. Propionibacterium acnes merupakan flora normal yang ada di beberapa bagian tubuh manusia. Bakteri ini sudah ada sejak bayi dengan jumlah sedikit dan bertambah banyak saat memasuki usia pubertas berkaitan dengan meningkatnya produksi sebum pada folikel sebasea. Kulit merupakan habitat utama dari P.acnes, namun juga dapat ditemukan di rongga mulut, usus besar, konjungtiva dan saluran telinga luar (Waluyo, 2019). Bakteri Propionibacterium acnes dapat tumbuh dengan baik di musim dingin dan kurang tahan pada musim panas. Sinar ultraviolet mampu membunuh bakteri ini pada permukaan kulit dan mampu menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian bawah glandula sebasea (Rifery, 2019).


METODE

            Penelitian ini merupakan penelitian yang termasuk dalam studi kepustakaan. Data yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan, dikompilasi, ditelaah, dianalisa, dan disimpulkan. Jurnal ini menggunakan metode penelitian analisis referensi yang tersedia baik dari teori, buku hingga penelitian sebelumnya.

              Penelitian ini mengkaji ruang lingkup penelitian kreativitas ilmiah secara sistematis. Kajian sistematis dilakukan dengan menggunakan prosedur modifikasi yang di adopsi dari beberapa pilihan jurnal. Pemilihan tema mikroba Propionibacterium acnes dikarenakan mikroba ini adalah mikroba penyebab penyakit yang cukup umum dan hangat dibicarakan bagi para remaja. Prosedur ini terdiri dari 4 langkah yaitu: Identifikasi, Penyaringan, kelayakan dan dimasukkan/digunakan. Pada tahap identifikasi, pencarian artikel dilakukan dengan menuliskan kata kunci ilmiah “Propionibacterium” pada Google Schollar. Pencarian dilakukan untuk publikasi pada periode 2017-2021. Pada tahap penyaringan kelayakan, semua jurnal yang telah diidentifikasi berdasarkan judul abstrak, kata kunci, dan relevansi topik yang dibahas. Tahapan selanjutnya yaitu semua jurnal yang telah memenuhi syarat dipelajari dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Bakteri Propionibacterium acnes

              Propionibacterium acnes termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria Bakteri ini termasuk flora normal kulit Propionibacterium acnes berperan pada pathogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit Asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika berhubungan dengan sistem imun dan mendukung terjadinya akne Propionibacterium acnes termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran terhadap udara Genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa gen yang dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin immunogenic mengaktifkan sistem kekebalan tubuh (Mustarichie, 2020).

              Propionibacterium acnes adalah bakteri berbentuk batang tak teratur yang terlihat pada pewarnaan gram positif Bakteri ini dapat tumbuh di udara dan tidak menghasilkan endospora Bakteri ini dapat berbentuk filamen bercabang atau campuran antara bentuk batang atau filamen dengan bentuk kokoid Propionibacterium acnes memerlukan oksigen mulai dari aerob atau anaerob fakultatif sampai ke mikroerofilik atau anaerob Beberapa bersifat patogen untuk hewan dan tanaman Propionibacterium Acnes merupakan bakteri penyebab jerawat atau juga disebut sebagai bakteri jerawat yang memiliki watak pertumbuhan dan reproduksi yang relatif lambat. Klasidikasi Propionibacterium acnes sendiri adalah Kingdom Bacteria, Phylum Actinobacteria, Class Actinobacteridae, Ordo Actinomycetales, Family Propionibacteriaceae, Genus Propionibacterium, Spesies Propionibacterium acnes (Poomane, 2018)..


(Morfologi Bakteri Propionibacterium acnes (Fifendy, 2017) )

Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.)


              Kulit bawang merah merupakan bagian dari umbi bawang merah yang tidak termanfaatkan dan berdasarkan dari hasil penelitian Manullang hasil uji skrining fitokimia menyatakan bahwa serbuk kulit bawang merah mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, glikosida dan steroid/triterpenoid. Pada kulit bawang merah juga terdapat Senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa kuersetin dan rutin. Senyawa tersebut sebagian terdapat pada bagian kulit bawang merah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah dkk (2020), Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air kulit bawang merah dengan konsentrasi 5%, 10%, 20% dan 40% serta klindamisin 1% sebagai control positif dan DMSO 1% v/v sebagai kontrol negatif terhadap Propionibacterium acnes dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil pada semua perlakuan ekstrak air kulit bawang merah didapatkan hasil zona hambat yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi mempengaruhi besar kecilnya zona hambat. Penghambatan pertumbuhan bakteri disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak air kulit bawang merah, pada penelitian ini semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin besar pula zona hambat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori, semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri, maka semakin tinggi daya antibakterinya.

 

Ekstrak Dan Fraksi Biji Pare (Momordica charantia L.)


              Selain buah dan daun, bagian lain dari tanaman pare yang masih bisa dimanfaatkan sebagai obat adalah biji pare. Ekstrak biji pare dapat mengobati penyakit kulit. Hal ini telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian sebelumnya, yaitu adanya kandungan metabolitsekunder seperti alkaloid, saponin dan onoterpen/sesquiterpene.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Riferty dkk (2019), Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak biji pare memiliki potensi aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes. Hal ini dibuktikan dengan adanya zona hambat bening disekitar sumur pada setiap ekstrak dengan konsentrasi 40%, 50% dan 60%. Ekstrak biji pare memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai KHM pada konsentrasi 30%. Aktivitas 1 mg ekstrak etanol biji pare ini setara dengan 0,80 μg klindamisin. Fraksi etil asetat biji pare memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan fraksi n-heksana dan fraksi metanol.

 

Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba)


              Jerawat dapat diobati dengan suatu obat antibakteri. Salah satu tanaman yang terbukti memiliki daya antibakteri adalah daun murbei (Morus alba L.). Senyawa dalam daun murbei (Morus alba L.) umumnya berupa alkaloid, polifenol dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integrasi membrane sel bakteri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Irsyad Aliah dkk (2019), Konsentrasi formula gel ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) 2%, 4%, dan 6% memiliki adanya daya hambat, sehingga dapat dikatakan dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acne. Hasil pengamatan uji daya hambat antibakteri sediaan gel ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) menunjukan pengukuran rata-rata diameter hambatan disekitar paper disk gel ekstra etanol daun murbei (Morus alba L.) pada masa inkubasi 24 jam. Formulasi dengan kosentrasi 6% dengan diameter zona hambat 21,7 mm menunjukan zona hambat kuat, selanjutnya formulasi dengan kosentrasi 4% dengan diameter zona hambat 20,3 mm, dan formulasi dengan kosentrasi 2% dengan zona hambat lemah 15,7 mm. Hal ini menunjukan bahwa senyawa aktif ekstrak daun murbei (Morus alba L.) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Diketahui daun murbei memiliki kandungan senyawa yang bersifat sebagai antibakteri yaitu flavanoid, alkaloid, dan saponin. Hal ini yang menyebabkan bakteri Propionibakterium acne rentan terhadap bahan antimikrobial yaitu ekstrak daun murbei yang mengandung senyawa sebagai antibakteri.

 

Ekstrak dan Fraksi Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)


              Berdasarkan beberapa penelitian ilmiah yang telah dilakukan, daun singkong diketahui memiliki kandungan kimiawi diantaranya karbohidrat, kalsium, fosfor, lemak, protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, air, zat, zat besi, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Senyawa flavonoid dan saponin diketahui memiliki aktivitas antimikroba dan antivirus. Triterpenoid juga diketahui memiliki aktivitas antivirus dan antibakteri serta dapat mengobati kerusakan pada kulit (Musachirie, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mustarichie dkk (2020), bahwa etanol Ekstrak daun singkong (M. esculenta Crantz) memiliki antibakteri aktivitas terhadap isolat klinis Propionibacterium acnes. Fraksi paling aktif dari etanol Ekstrak daun singkong ditunjukkan dengan etil asetat pecahan. Nilai MIC dari fraksi etil asetat terhadap isolat klinis P. acnes berada pada konsentrasi 2,5% (b / v). Hasil ini menyarankan agar daun singkong memungkinkan untuk dikembangkan menjadi herbal anti jerawat standar.

 

Ekstrak Biji Mangga (Mangifera indica L.)


              Biji mangga memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi, menunjukkan adanya efektivitas biji mangga sebagai bakterisida. Selain itu, Soong dan Barlow, (2004) dalam Fifendy (2017) melaporkan bahwa biji mangga memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawa fenolik yang tinggi. Biji mangga juga memiliki kandungan fitokimia yang tinggi, berupa tannin.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Poomane dkk (2018), Ekstrak etanol biji manga dengan konsentrasi 60%, 40% dan 20% memiliki efektivitas dalam menghambat bakteri Propionibacterium acnes dengan rata-rata zona bening yang dihasilkan dari ketiga konsentrasi tersebut berada dalam kisaran 10-20mm yang menunjukkan kuatnya daya hambat yang ditimbulkan. Konsentrasi 60% Ekstrak etanol biji mangga menghasilkan diameter zona bening yang lebih lebar hingga mencapai rata-rata 13,67 mm yang berarti konsentrasi 60%. Ekstrak etanol biji mangga ini memiliki efektivits antibakteri terhadap Propionibacterium acnes yang lebih kuat dibanding Ekstrak etanol biji mangga dengan konsentrasi 40% dan 20%.


SIMPULAN DAN IMPLIKASI

              Berdasarkan  penelitian yang telah dilakukan secara studi literatur dari beberapa jurnal dapat disimpulkan beberapa ekstrak kandungan alami dapat digunakan sebagai antibakteri untuk melawan bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat. Terdapat ekstrak kandungan bahan alami yaitu Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.), Ekstrak Dan Fraksi Biji Pare (Momordica charantia L.), Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba), Ekstrak dan Fraksi Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz), dan Ekstrak Biji Mangga (Mangifera indica L.). Dari beberapa kandungan alami tersebut semuanya memiliki  aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes berdasarkan daya hambat bakteri. Namun, bahan alami yang paling efektif adalah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba), karena memiliki daya hambat bakteri Propionibacterium acnes yang kuat (>20mm). Sedangkan bahan alami yang lain memiliki daya hambat yang sedang cenderung lemah. Tetapi dengan adanya aktivitas daya hambat bakteri menunjukkan bahan-bahan alami yang telah disebutkan dapat digunakan sebagai antibakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat.


REFERENSI

Aliah, Ahmad I., dkk. Uji Daya Hambat Formula Gel Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus Alba L.) Sebagai Anti Acne Terhadap Bakteri Propionibacterium Acne. Jurnal Farmasi Galenika. Vol. 5 No. 2

Fifendy, M. 2017. Mikrobiologi. Depok : Kencana.

Mustarichie, R., Sulistyaningsih, S., & Runadi, D. 2020. Antibacterial Activity Test of Extracts and Fractions of Cassava Leaves (Manihot esculenta Crantz) against Clinical Isolates of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes Causing Acne. International Journal Of Microbiology. Vol. 1 No. 1

Poomanee, W., Chaiyana, W., Mueller, M., Viernstein, H., Khunkitti, W., dan Leelapornpisid, P. 2018. In-vitro investigation of anti-acne properties of Mangifera indica L. kernel extract and its mechanism of action against Propionibacterium acnes. Anaerobe. 52(1)

Riferty, Feresta. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Dan Fraksi Biji Pare (Momordica Charantia L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes.  Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa. Vol. 1 No. 2

Rohan, H., dkk. 2017. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Sa`adah, Hayatus, dkk. 2020. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Kulit Bawang Merah (Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia. Vol 2 No. 2

Waluyo, L. 2019. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

 

 

KINGDOM ANIMALIA : VERTEBRATA

 Ciri-Ciri Umum Animalia

Animalia atau Hewan dalam Bahasa Latin Anima yang berarti jiwa. Hewan merupakan makhluk hidup yang bersifat multhiseluler, eukariotik, tidak memiliki dinding sel, heterotrof, mampu bergerak aktif yang didukung oleh jariangan saraf dan jaringan otot, sebagian bereproduksi secara seksual yang terjadi melalui fertilisasi eksternal atau internal, serta memiliki bentuk tubuh dan organ-organ yang bervariasi.

Bentuk tubuh hewan dapat dibedakan berdasarkan simetri tubuh dan lapisan penyusunan tubuh. Berdasarkan simetri tubuh, hewan dibedakan menjadi simetri radial dan simetri bilateral sebagai berikut :

Berdasarkan Lapisan Penyusunan Tubuh hewan dibedakan menjadi diploblastik dan triploblastic sebagai berikut :

Hewan diploblastik merupakan hewan yang memiliki lapisan ektoderm (epidermis) dan endoderm (gastrodermis). Hewan yang termasuk displobatik meliputi hewan kelompok coelenterata.

Hewan triploblatik merupakan hewan yang memiliki lapisan ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Hewan triploblastik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

Simetri radial ialah bagian bentuk tubuh hewan yang tersusun melingkar. Hewan dengan simetri radial memiliki sisi oral dan aboral. Hewan dengan bentuk tubuh radial sering disebut hewan radiata.  Hewan radiata meliputi Porifera, Coelenterata, dan Enchiodermata.

Simetri Bilateral ialah bagian bentuk tubuh hewan yang tersusun bersebelahan dengan bagian yang lainnya. Hewan bilateral mempunyai sisi dorsal, ventral, sisianterior, dan posterior.

  1. Triploblastik Aselomata, merupakan hewan triploblastik yang tidak memiliki rongga di antara saluran pencernaan dan dinding tubuh. Contohnya Platyhelminthes (cacing pipih)
  1. Triploblastik Pseudoselomata, merupakan hewan triploblastik yang memiliki rongga tubuh yang tidak sepenuhnya dilapisi jaringan dari mesoderm. Contohnya Nematoda (cacing gilik).
  1. Triploblastik Selomata,  merupakan hewan triplolastik yang memiliki rongga tubuh (selom) sejati dan dilapisi oleh jaringan yang berasal dari mesoderm. Contohnya Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Vertebrata

Ciri-Ciri dan Klasifikasi Vertebrata

Vertebrata adalah hewan yang mempunyai tulang belakang. Dalam sistem klasifikasi vertebrata merupakan subfilum dari filum Chordata yang mempunyai ciri khusus yaitu memiliki korda dorsalis (notochord) pada tahap perkembangan. Berdasarkan kompleksitas organnya, vertebrata dapat dikelompokkan menjadi lima kelas sebagai berikut :

Kelas Pisces (Ikan)


Hewan tergolong Pisces hidup di air, bernafas dengan insang, berdarah dingin, memiliki sirip dan ekor, memiliki gelembung renang, memiliki gurat sisi, dan berkembang biak dengan bertelur.

Pisces dibagi menjadi dua subkelas yaitu :

1)   Subkelas Chondrchthyes (Ikan Bertulang Rawan)

Mempunyai rangka yang tersusun dari tulang rawan dan tidak memiliki penutup insang, berkembangbiak secara ovipar dan mengalami fertilisasi internal, serta hidup di luat dan sedikit di air tawar. Contohnya ikan hiu, ikan cucut, dan ikan pari.

2) Subkelas Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati)

Memiliki rangka yang tersusun dari tulang sejati dan penutup insang, berkembangbiak secara bertelur dan mengalami fertilisasi eksternal, serta berhabitat di air tawar dan laut. Contohnya ikan barakuda, ikan tongkol, ikan mas, ikan lele dan ikan salem. 

Kelas Amfibi


Hewan tergolong amfibi hidup di air dan di darat, bernafas menggunakan insang saat fase larva dan paru-paru saat fase dewasa, berdarah dingin, terdapat membrana nictitans pada mata, berkembang biak secara bertelur, pembuahan di luar tubuh betina, mengalami metamorphosis sempurna. Contoh hewan amfibi adalah salamander pualam dan katak hijau.

Kelas Reptilia


Hewan reptilia tubuh dilindungi oleh kulit bersisik dari zat tanduk, bernafas dengan paru-paru, berdarah dingin, berkembang biak secara ovipar dan ada yang ovovivipar, pembuahan didalam tubuh betina, ada yang memiliki kaki dan ada yang tidak, serta bergerak secara melata.

Reptilia dibedakan menjadi empat ordo sebagai berikut :

1)   Ordo Squamata

Terbagi menjadi dua subordo sebagai berikut :

a.     Lacertilia (bangsa kadal) mempunyai empat tungkai. Contohnya kadal, bunglon dan komodo.

b.     Ophidia (bangsa ular) tidak mempunyai tungkai serta rahang atas dan bawah tidak mempunyai sendi. Contohnya piton, kobra dan ular sanca hijau.

2) Testudinata (bangsa kura-kura dan penyu)

Tubuh terlindungi oleh karapaks di bagian atas dan plastron di bagian bawah, tidak mempunyai gigi, dan rahang dilapisi tnaduk. Contohnya kura-kura air tawar dan penyu hijau.

3)   Crocodilia (bangsa buaya)

Mempunyai kulit tebal, rahang kuat, serta terdapat klep pada lubang hidung dan telingga. Contohnya buaya muara

4)   Rynchocephalia

Merupakan ordo yang paling primitif. Contohnya tuatara.

Kelas Aves


Hewan aves memiliki tubuh berbulu, tulang berongga, berdarah panas, berkembangbiak secara bertelur, pembuahan di dalam tubuh betina, serta umumnya dapat terbang tetapi ada juga yang tidak dapat terbang.

Aves dibedakan menjadi dua subkelas sebagai berikut :

1)   Archaeornithes

Memiliki gigi di kedua rahang serta ekornya berbulu dan berukuran panjang, dan telah punah. Contohnya Archaeopteryx dan Archaeornis.

2)   Neornithes

Yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu :

a.     Kelompok Palaeognathae merupakan kelompok burung yang tidak dapat terbang. Kelompok ini di bagi menjadi tiga ordo sebagai berikut :

-       Ordo Spheniscifiormes, contohnya penguin.

-       Ordo Casuariiformes, contohnya burung kasuari.

-       Ordo Apterygiformes, contohnya burung kiwi.

b.     Neognathae merupakan kelompok burung yang dapat terbang. Kelompok ini di bagi menjadi lima ordo sebagai berikut :

-       Ordo Galliformes, merupakan burung yang mempunyai kaki untuk mengais dan berlari. Contohnya ayam.

-       Ordo Passeriformes, merupakan burung yang bersuara merdu. Contohnya burung kutilang dan burung cendrawasih.

-       Ordo Anseriformes, merupakan burung yang dapat berenang, kakinya pendek dan terdapat selabut di antara jari-jari kaki. Contohnya itik.

-       Ordo Coraciiformes, merupakan burung berparuh besar, tungkai pendek, serta pemakan ikan, katak, dan lebah. Contohnya rangkong badak.

-       Ordo Columbiformes, merupakan burung berparuh pendek, tembolok besar, dan sel epitelnya mudah mengelupas. Contohnya burung merpati dan burung perkutut.

Kelas Mamalia


Hewan mamalia memiliki grandula mammae, bernafas dengan paru-paru, berdarah panas, berkembangbiak secara vivipar dan ada juga ovipar, permukaan tubuh terdapat rambut, umumnya hidup di darat tetapi ada juga di air.

Mamalia dibagi menjadi sepuluh ordo sebagai berikut :

1)    Ordo Monotremata

Merupakan satu-satunya mamalia yang bertelur. Contohnya Platypus.

2) Ordo Insectivora

Merupakan mamalia kecil pemakan serangga. Contohnya celurut dan tupai cokelat kecil.

3)    Ordo Marsupialia

Merupakan mamalia berkantong. Contohnya kanggura, koala dan kuskus.

4)    Ordo Rodentia

Merupakan mamalia pengerat. Contohnya tikus, marmot, landak dan bajing.

5)    Ordo Chiroptera

Merupakan mamalia yang dapat terbang. Contohnya kelelawar.

6)    Ordo Pholidota

Merupakan mamalia tidak bergigi, tubuh terbungkus sisik dan rambut, serta memiliki lidah kecil dan panjang.  Contohnya trenggiling.

7) Ordo Carnivora

Merupakan mamalia pemakan daging. Contohnya anjing, kucing, harimau, singa, dan anjing laut.

8) Ordo Cetacea

Merupakan mamalia yang bentuk tubuhnya seperti ikan dan hidup di laut. Contohnya lumba-lumba hidung botol, paus biru, dan paus pembunuh.

9) Ordo Proboscidea

Merupakan mamalia berbelalai. Contohnya gajah.

10) Ordo Sirenia

Merupakan mamalia herbivora akuatik yang memiliki tungkai depan mirip sirip. Contohnya dugong.

11) Ordo Ungulata

Merupakan hewan berkuku. Ungulata dibagi menjadi dua, yaitu :

a.   Artiodactyla

Merupakan hewan berkuku genap. Contohnya domba, babi, rusa sambar dan jerapah.

b.   Perissodactyla

Merupakan hewan berkuku ganjil. Contohnya kuda, tapir, badak dan kuda nil.

12) Ordo Primata

Merupakan mamalia makalia yang matanya menghadap ke depan. Contohnya beruk, orang utan, dan lutung jawa.