Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya

 


Ditulis oleh : Muh. Fathur Rizqi
PGSD-3 - PPG Prajabatan G1 2024 UMC

Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yaitu proses seseorang dalam memiliki budi pekerti, wawasan luas dan tanggap terhadap budaya guna melestarikan dan memajukan kebudayaan serta mencapai kebahagiaan sebagai kodrat manusia. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Anak-anak tumbuh berdasarkan kodratnya. Guru memperlakukan anak didiknya dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya. Guru melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso), dan memberikan dorongan (tut wuri handayani). Sebagai seorang pendidik, guru bertugas untuk menggali dan mengembangkan setiap potensi dan kemampuan unik yang dimiliki peserta didik. Sebagai seorang pendidik seyogyanya memiliki kepribadian yang baik karena guru adalah role model (panutan) bagi anak didiknya. Dalam mendidik, guru memberikan keluasaan dan kebebasan bagi peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakatnya namun tetap dalam tuntunan guru. Sebagai seorang pendidik, guru juga harus memahami kodrat alam dan zaman. Kodrat alam artinya dalam mengajar guru harus memahami daerah asal peserta didik dan mengajar dengan menyesuaikan dengan kondisi tempat tinggal peserta didik. Kodrat zaman berarti hendaknya mendidik sesuai zaman mereka karena apa yang akan mereka dapatkan saat ini merupakan bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Pembelajaran abad 21 ini lebih menekankan pada pendidikan budi pekerti guna mengembangkan karakter peserta didik sehingga pembelajaran mengandung nilai-nilai kehidupan.

Sebelum Mempelajari Konsep Ki Hajar Dewantara

Sebelumnya saya sebagai guru menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik melalui metode pembelajaran yang didominasi oleh ceramah dan penjelasan. Proses pembelajaran hanya untuk bertujuan mencapai tujuan kurikulum sesuai dengan yang ditentukan. Selain itu pendekatan pembelajaran yang saya terapkan sepenuhnya berfokus pada peran guru tidak berpusat pada peserta didik. Saya kurang memperhatikan perbedaan karakteristik antar peserta didik, saya menganggap semua peserta didik sama. Oleh karena itu, tidak ada perlakuan yang berbeda antara peserta didik yang cepat memahami materi dan peserta didik yang lebih lambat dalam memahaminya.

Setelah Mempelajari Konsep Ki Hajar Dewantara

Setelah saya mempelajari filosofi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara pemikiran saya berubah, bahwa pendidikan adalah proses menuntun (memfasilitasi, melayani) peserta didik dituntun dengan sabar dan ikhlas karena setiap peserta didik berbeda-beda dan membuat pembelajaran yang menyenangkan berpihak pada peserta didik. Dalam proses pembelajaran tersebut tidak ada paksaan, tidak ada hukuman dan tidak ada kekerasan yang ada hanya menuntun peserta didik agar dapat berkembang dengan baik. hal ini sesuai dengan trilogi pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), Ing Ngarso Mangun Karso (di tengah membangun keinginan/motivasi/semangat) dan Tut Wuri Handayani (di belakang mendorong).

Apa yang akan saya lakukan selanjutnya?

Yang akan saya lakukan di kelas dan sekolah yaitu memberikan motivasi dan dorongan kepada peserta didik dengan menanamkan nilai-nilai karakter seperti disiplin, kerjasama, saling peduli, tanggung jawab dan tolong menolong dalam setiap kegiatan di sekolah. kemudian menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih efektif, interaktif, dan berorientasi pada hasil belajar. Saya menggunakan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang menuntun peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Memberikan ice breaking untuk mengembalikan fokus dan semangat peserta didik saat proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran harus selaras dengan nilai budaya karena memiliki potensi untuk lebih memotivasi peserta didik, memperkuat identitas budaya, dan meningkatkan pemahaman peserta didik tentang dunia yang lebih luas. Selain itu, hal ini juga dapat membantu memecahkan permasalahan terkait ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam pendidikan dengan memberikan akses yang lebih setara kepada peserta didik dari berbagai latar belakang budaya.