Relevansi Perjalanan Pendidikan Nasional

 

        Perkembangan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pra-sejarah, hindhu-budha, kolonial, hingga saat ini. Meskipun Indonesia sudah merdeka, tapi kenyataanya masih ada belenggu-belenggu yang mengganggu kemerdekaan peserta didik dan guru didalam praktik pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Sehingga masalah ini menjadi  penghambat untuk kemajuan pendidkan di Indonesia. Jika dibandingkan dengan pelaksanaan  pendidikan dahulu dan saat ini, pendidikan sekarang sudah lebih mementingkan kualitas dan  berpedoman pada UU sisdiknas dan hasil pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Saat ini  pemenrintah sudah mengupayakan untuk memerdekakan pesserta didik melalui paradigma  baru dalam proses pembelajaran. 

        Menurut Ki Hajar Dewantara “manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya  bersandar pada kekuatan sendiri baik lahir dan batin serta tidak bergantung pada orang lain”. Hal ini dimaksudkan bahwasanya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaa, sehingga sebagai pendidik harus memaknai dan menghayati pribadi sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar untuk  mewujudkan tujuan pembelajaran. Pada masa kini peserta didik sudah pandai dalam belajar   peserta didik dapat belajar sendiri melalui sosial media akan tetapi murid membutuhkan  pendidik karena pendidik itu menuntun tumbuh dan hidupnya harus memaknai dan menghayati pribadi sebagai manusia yang merdeka untuk terus belajar.

        Menjadi guru itu merupakan gerakan hati saya yang mendorong diri saya dikarenakan banyak faktor yang saya alami sebelumnya, salah satunya dorongan dari lingkungan masyarakat di desa saya tinggal. Menjadi guru bagi saya merupakan profesi yang sangat istimewa bagi saya dimana seorang guru sering kita dnegar dengan kiasan “pahlawan tanpa jasa” namun sebenarnya dengan menjadi seorang guru kita meiliki kesempatan untuk memajukan negara ini dengan cara mencerdaskan putra-putri bangsa di lingkungan sekolah. oleh karena itu menjadi seorang guru itu suatu profesi yang menuntut kita untuk selalu belajar dan mengembangkan diri baik dari segi soft skill maupun pengetahuan, hal tersebut membuat saya sangat menarik dan tertarik menjadi guru. 

            Menjadi guru pada abad 21 ini sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, dikarenakan ilmu hari ini sangat mudah di peroleh dan di akses oleh siswa dikehidupan sehari-hari, artinya sekolah hari ini bukanlah satu-satunya sumber ilmu yang didapatkan oleh siswa. Menjadi guru hari ini, dimana seorang guru harus dapat menguasai banyak hal, salah satunya yaitu bagaimana seorang guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang berpihak kepada siswa dan dapat membimbing siswa untuk dapat terkontrol agar ilmu yang diperoleh dari dalam sekolah atau luar sekolah dapat berdampak positif bagi siswa dan msyarakat banyak. Guru hari ini harus fleksibel terkadang kita menjadi mentor di kelas dan terkdang kita menjadi teman bicara yang hangat ketika di luar kelas, hal-hal tersebut harus di kuasai oleh guru pada generasi z sekarang agar dapat menciptakan hubungan harmonis dan kepercayaan antara guru dan murid sehingga berdampak pada proses pembelajaran dikelas.

        Secara tidak langsung kita menyadai atau tidak menyadari bahwa perjalanan pendidikan di indonesia terus bergerak seiring perkembangan zaman dari keadaan pendidikan yangangat memprihatinkan hingga keadaan pendidikan yang sangat menyenangkan bagi siswa dan kemudahan menempuh pendidikan hari ini sangatjauh berbeda dengan zaman masa kolonial dahulu seperti kata Ki Hadjar Dewantara “ setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, kondisi inilah yang kita alami sekarang di dunia pendidikan. Pada zaman kolonial sangatlah terbatas, hanya anak-anak bangsawan yang disekolahkan untuk mempersiapkan mereka menjadi tenaga ASN di kantor pemerintahan sedangakan rakyat biasa hanya dididik untuk membantu pemerintahan hindia belanda dalam perdagangan mereka, dimana hanya didik untuk tahu membaca, menulis dan berhitung yang sangat sederhana. Semenjak dahulu sampai dengan sekarang ini pemikiran Ki Hajar Dewantara sangatlah relevan dengan pendidikan bahkan banyak diadopsi oleh negara-negara lain diluar sana. Pendidikan dan kebudayaan adalah satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Beiau membedakan kata pendidikan dan pengajaran.

        Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntut segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat menciptakan keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menurt Ki Hajar Dewantara Budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi itu sendiri terdiri dari cipta, rasa dan karsa sedangkan pekerti adalah tenaga sehingga pendidikan yang diharapkan adalah bagaimana nantinya anak didik kita memiliki pemikiran yang tajam, perasaan yang halus dan mampu bergerak untuk menghasilkan sebuah karya sesuai dengan makan dan minat mereka serta perkembangan zaman.

    Begitu banyak pemikiran-pemikiran yang relevan dari bapak Ki Hajar Dewantara, misalnya kurikulum merdeka mengenai perkembangan aspek keterampilan, kopetensi dan karakter sesuai dengan nilai-nilai bangsa indonesia. Ki Hajar Dewantara menekankan anak didik harus memiliki budi pekerti agar mampu mencapai keseimbangan hidup yang setinggi-tingiinya. 

        Melalui mata kuliah filosifi pendidikan Indonesia saya mendapatkan pemahaman dan  pengalaman baru terkait nilai-nilai filosofi Ki Hadjar Dewantara. Gagasan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang memperhatikan kodrat peserta didik dan mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa dan karsa. Yaitu pendidikan yang tidak  hanya mengedepankan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan ketrampilan berfikir dan kecerdasan batin. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik dalam pendidikan masa kini. Pemahaman baru inilah yang menjadi refleksi diri saya untuk mengajar di sekolah nanti.